Selasa, 03 Juli 2018


Perbedaan Tingkatan Ilmu dan Iman dilihat dari Waktu



            Jaman sekaran, sering disebut juga era millenial atau jaman modern. Hal ini karena memang pada jaman sekarang memiliki satu keistimewaan tersendiri, yakni kian berkembangnya ilmu pengetahuan. Bertolak dari banyaknya penemuan dalam berbaai bidang ilmu pengetahuan itulah, sepantasnya jaman sekarang disebut sebagai jaman keimanan.

            Jika iman pada masa-masa lampau hanya sebatas keimanan yang abstrak, kini ilmu pengetahuan di era sekarang telah menegaskan bukti yang tidak dapat terbantahkan lagi tentang keberadaan Allah. Oleh karena itu, seharusnya di era sekarang ini harus berdiri di atas fondasi yang kuat berdasarkan ilmu pengetahuan dan keyakinan.

            Secara fitrah, manusia diciptakan disertai dengan iman, yakni berupa kekuatan yang senantiasa mengontrol kehidupan dirinya sendiri dan kehidupan di sekitarnya. Kekuatan itu munul ketika sedang dibutuhkan. Manusia pun akan tentram di dalam hidupnya dengan kekuatan itu.

            Sebenarnya, manusia telah berada di dalam keimanan kepada Allah secara fitrah hingga masa bangkitnya ilmu pengetahuan. Setiap kali ilmu bertambah, maka keimanan pun akan bertambah lantaran bukti-bukti yang nyata. Hersyel, seorang ilmuan besar astronomi pada abad ke-18 mengatakan,” Setiap kali penemuan ilmu pengetahuan bertambah, semakin bertambah pula tanda-tanda akan keberadaan Sang Pencipta Yang Bijaksana, Kuat dan Mutlak. Tiadalah para ahli fisika dan kimia serta ahli astronom, kecuali hanyalah sebagai konstruktur bangunan ilmu pengetahan. Mereka memuji Sang Pencipta Yang Agung di dalam ilmu pengetahuan tersebut,”.

            Socrates, filosof terkenal Yunani, berkata, “Alam mini muncul di hadapan kita dan tidak satu pun yang diciptakan secara kebetulan,”.

            Di jaman pemisahan partikel-partikel atom dan di jaman penemuan-penemuan ilmiah, tidak ada satu syubhat (keragu-raguan) pun yang dapat menggoyahkan para penemu dan peneliti, bahkan bagi orang-orang yang memiliki hati dan akal yang sehat. Karena keberadaan Allah adalah wacana yang telah ditetapkan oleh ilmu pengetahuan dan ditegaskan oleh para ahli. Belum pula ditambah atas fenomena-fenomena yang ada di sekitar, mulai dari matahari, bulan, malam, siang, terbit, terbenam, manusia dan hewan. Namun ironisnya, hanya sedikit orang yang mau melihat dan berpikir akan hal itu (bertafakur).

            Masa kita saat ini merupakan masa luar angkasa yakni masa ketika manusia ke luar dari bumi dengan satelit dan pesawat luar angkasa untuk mencari rahasia-rahasia yang terdapat di sana. Bahkan, sesekali manusia mendarat di bulan untuk melakukan penelitian dan mengirim peralatan mereka ke berbagai planet diantaranya, venus dan mars untuk mendapatkan pengetahuan.

            Luar biasanya, penemuan akan tanda-tanda keimanan semakin Nampak jelasnya. Titov pemandu luar angkasa Uni Soviet mengatakan,” Sungguh, saya telah menyaksikan bumi bergantung di uar angkasa, dan saya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang memegang hingga tidak jatuh,”.

            Apakah ada jawaban bagi pertanyaan tersebut, selain yang datang dari Al-qur’an? “Dan Dia menahan benda-benda langit jatuh ke bumi, melainkan dengan seizing-Nya.” (Q.S. Al-Hajj : 65).
            Bentuk keimanan kepada Allah telah ada dalam diri manusia sejal lama. Bahkan, keimanan itu lebih tua dari pada manusia dan menjadi tabiat bagi manusia dan bagi kehidupan manusia. Hanya saja, bentuk keimanan ini selalu berbeda dari satu masa dengan masa lainnya, dari satu generasi ke generasi lainnya, dan dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar