Perbedaan Tingkatan Ilmu dan Iman dilihat dari Waktu
Jaman
sekaran, sering disebut juga era millenial atau jaman modern. Hal ini karena
memang pada jaman sekarang memiliki satu keistimewaan tersendiri, yakni kian
berkembangnya ilmu pengetahuan. Bertolak dari banyaknya penemuan dalam berbaai
bidang ilmu pengetahuan itulah, sepantasnya jaman sekarang disebut sebagai
jaman keimanan.
Jika
iman pada masa-masa lampau hanya sebatas keimanan yang abstrak, kini ilmu
pengetahuan di era sekarang telah menegaskan bukti yang tidak dapat
terbantahkan lagi tentang keberadaan Allah. Oleh karena itu, seharusnya di era
sekarang ini harus berdiri di atas fondasi yang kuat berdasarkan ilmu
pengetahuan dan keyakinan.
Secara
fitrah, manusia diciptakan disertai dengan iman, yakni berupa kekuatan yang
senantiasa mengontrol kehidupan dirinya sendiri dan kehidupan di sekitarnya.
Kekuatan itu munul ketika sedang dibutuhkan. Manusia pun akan tentram di dalam
hidupnya dengan kekuatan itu.
Sebenarnya,
manusia telah berada di dalam keimanan kepada Allah secara fitrah hingga masa
bangkitnya ilmu pengetahuan. Setiap kali ilmu bertambah, maka keimanan pun akan
bertambah lantaran bukti-bukti yang nyata. Hersyel, seorang ilmuan besar
astronomi pada abad ke-18 mengatakan,” Setiap kali penemuan ilmu pengetahuan
bertambah, semakin bertambah pula tanda-tanda akan keberadaan Sang Pencipta
Yang Bijaksana, Kuat dan Mutlak. Tiadalah para ahli fisika dan kimia serta ahli
astronom, kecuali hanyalah sebagai konstruktur bangunan ilmu pengetahan. Mereka
memuji Sang Pencipta Yang Agung di dalam ilmu pengetahuan tersebut,”.
Socrates,
filosof terkenal Yunani, berkata, “Alam mini muncul di hadapan kita dan tidak
satu pun yang diciptakan secara kebetulan,”.
Di
jaman pemisahan partikel-partikel atom dan di jaman penemuan-penemuan ilmiah,
tidak ada satu syubhat (keragu-raguan) pun yang dapat menggoyahkan para
penemu dan peneliti, bahkan bagi orang-orang yang memiliki hati dan akal yang
sehat. Karena keberadaan Allah adalah wacana yang telah ditetapkan oleh ilmu
pengetahuan dan ditegaskan oleh para ahli. Belum pula ditambah atas
fenomena-fenomena yang ada di sekitar, mulai dari matahari, bulan, malam,
siang, terbit, terbenam, manusia dan hewan. Namun ironisnya, hanya sedikit
orang yang mau melihat dan berpikir akan hal itu (bertafakur).
Masa
kita saat ini merupakan masa luar angkasa yakni masa ketika manusia ke luar
dari bumi dengan satelit dan pesawat luar angkasa untuk mencari rahasia-rahasia
yang terdapat di sana. Bahkan, sesekali manusia mendarat di bulan untuk
melakukan penelitian dan mengirim peralatan mereka ke berbagai planet
diantaranya, venus dan mars untuk mendapatkan pengetahuan.
Luar
biasanya, penemuan akan tanda-tanda keimanan semakin Nampak jelasnya. Titov
pemandu luar angkasa Uni Soviet mengatakan,” Sungguh, saya telah menyaksikan
bumi bergantung di uar angkasa, dan saya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang
memegang hingga tidak jatuh,”.
Apakah
ada jawaban bagi pertanyaan tersebut, selain yang datang dari Al-qur’an? “Dan
Dia menahan benda-benda langit jatuh ke bumi, melainkan dengan seizing-Nya.”
(Q.S. Al-Hajj : 65).
Bentuk
keimanan kepada Allah telah ada dalam diri manusia sejal lama. Bahkan, keimanan
itu lebih tua dari pada manusia dan menjadi tabiat bagi manusia dan bagi
kehidupan manusia. Hanya saja, bentuk keimanan ini selalu berbeda dari satu
masa dengan masa lainnya, dari satu generasi ke generasi lainnya, dan dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar