Rabu, 04 Juli 2018

Para Ilmuwan Ini Akhirnya Beriman


 Para Ilmuwan Ini Akhirnya Beriman



            Agama yang datang dan menyiarkan akan keberadaan Allah Yang Maha Esa dan Yang Kekal. Sementara itu, dipihak lain ilmu pengetahuan juga kian berkembang. Dengan demikian, Agama dan ilmu saling berdampingan. Keduanya sama-sama menegaskan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan manusia dan alam dengan sangat bijaksana. Seiring dengan hal itu, sirnalah syubhat (Keragu-raguan) didalam jwa orang-orang kafir yang mengatakan akan penciptaan itu hanya secara kebetulan saja, hingga masa ini benar-benar menjadi masa keimanan dengan sebenar-benarnya iman.

            Ilmu pengetahuan modern telah membuktikan tentang alam yang diciptaka oleh Tuhan dengan sangat teliti dan bijaksana ini. Tujuan penciptaannya ini menjadi sangat jelas. Setiap hari, bahkan setiap saat selalu muncul tanda-tanda, betapa bijaksananya hukum-hukum yang terdapat di ala mini.

            Keimanan para ilmuwan pun muncul secara turun-temurun. Hikmah-hikmah yang didapat melalui setiap penemuan mereka, kemudian dituangkan ke dalam sebuah buku. Di antara orang-orang kafir ada yang mengakui bahwa ala mini diciptakan dengan keseimbangan dan dengan hukum-hukum yang pasti.

            Socrates berkata,”Sesungguhnya setiap elemen dari elemen-elemen ala mini mengarah ke tujuan tertentu. Hukum itu kemudian berorientasi ke tujuan yang lainnya. Selanjutnya, tujuan yang lain itu mengarah ke suatu tujuan tertinggi hingga akhirnya sampai ke tujuan akhir, yaitu zat yang tunggal. Tidak mungkin semua mata rantai peristiwa itu terjadi secara kebetulan,”.

                                                                     


            Adapun Sphencer yang sama sekali tidak mengakui keberadaan agama juga mengatakan,”Sesungguhnya kita harus mengakui bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi itu adalah tanda dari adanya suatu kekuatan mutlak yang lebih tinggi sekaligus tidak terjangkau oleh akal,”.

            Seperti halnya Socrates. Astronom besar James Janez berkata,”Tidak mungkin sistem rotasi planet-planet tersebut diciptakan secara kebetulan,”.

            Adapun Abraham Lincoln berkata,” Sesungguhnya saya heran melihat orang yang naik ke atas langit dan menyaksikan kehebatan ciptaan-ciptaan tersebut, lantas dia tidak percaya kepada Allah.

            Demikian pula Dr. A. J. Cronin yang memulai hidupnya dengan kekafiran sebelum ia memutuskan untuk beriman kepada Allah, ia mengatakan,”Jika kita berpikir tentang alam dan segala bentuk rahasia dan keajaiban, hukum, serta kebesarannya, sudah sepantasnya kita berpikir tentang Tuhan Sang Pencipta. Lalu, siapakah kiranya yang naik ke langit dimalam gelap gulita, kemudian dia menyaksikan binatang-binatang bertebaran di kejauhan tiada habisnya, lantas dia tidak meyakini bahwa semua benda itu tidak mungkin diciptakan secara kebetulan dan membabi buta? Sedangkan benda-benda itu berputar secara terus-menerus di angkasa dengan rotasi dan jarak yan teratur begitu sempurna. Tidak mungkin semua fenomena itu hanya merupakan benda-benda yang muncul dari matahari, lalu bertebaran tanpa sebab dan makna sama sekali. Lihat dan telitilah fenomena-fenomena alam, lalu bacalah apa yang dikatakan oleh kitab-kitab suci. Perhatikan baik-baik perjalanan hidup ini. Niscaya anda akan menemukan teka-teki dan rahasia begitu dalam. Dan tidak mungkin fenomena itu muncul dari ketiadaan. Sebab, tidak ada sesuatu pun yang terjadi dari ketiadaan,”.

            Begitu pula Adnijtun mengatakan dengan nada yang serupa,” Sesungguhnya dibelakang ala mini terdapat akal yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana. Dialah roh yang agung. Dialah Allah SWT,”.

            Begitu pula ungkapan Arthur Combitun, salah seorang peraih penghargaan nobel fisika untuk kategori penemuan atom,”Saya tidak berada di Laboratorium untuk membuktikan kebenaran hidup setelah mati. Akan tetapi, setiap hari saya menemukan kekuatan yang membuat saya merasa, bahwa saya harus membungkuk sebagai 10 penghormatan kepada-Nya,”.

            Dr. Charles Staimptez – seorang ilmuwan besar pernah ditanya mengenai corak penelitian yang akan menghasilkan penemuan besar, lalu ia menjawab,”Akan terjadi suatu penemuan besar dari segi metafisis. Akan datang suatu masa manusia belajar bahwa benda-benda materialistis tidak akan menghasilkan kebahagiaan. Bahwa sesungguhnya benda-benda itu hanya mengandung sedikit manfaat untuk meningkatkan kemampuan reproduksi bagi laki-laki dan perempuan. Pada saat itulah, para ilmuwan akan mengobah orientasi laboratoriumnya dan ulai meneliti tentang Allah dan manfaat Shalat. Ketika masa itu telah tiba, niscaya alam akan menyaksikan sebuah kemajuan yang lebih besar dalam satu generasi dibandingkan kemajuan yang telah dicapai empat generasi sebelumnya,”.

            Pernyataan ilmuwan tersebt di atas tentang keimanan tidak mungkin terbantahkan lagi. Karena statemen itu telah menjadi bukti ketebalan iman kepada Allah. Sekaligus sebagai tanda bahwa ia telah mengetahui hakikat keberadaan dan ke-Esaan Allah melalui ilmu pengetahuan.

            Tanda-tanda keberadaan Allah tidak mungkin terjadi dibawah sebuah keterbatasan. Tidak mungkin hanya diletakan didalam manuskrip-manuskrip. Akan tetapi, tanda-tanda itu muncul disetiap jangkauan panca indera kita yang berbeda-beda. Jika melihat ke bumi dan isinya mulai tumbuh-tumbuhan dan pepohonan, begitu pula yang terdapat diperut bumi, seperti batu dan mineral, serta air dan sungai yang keluar dari bumi, dan jika memandang ke langit yang dipenuhi benda-benda angkasa seperti planet dan bintang, jika mendengar suara gemuruh angin dan udara, petir dan hujan, begitu pula kita makan dan minum serta jika memikirkan kapal laut yang berlabuh di lautan dan merenungkan sistem pesawat terbang, niscayakita akan menemukan tanda-tanda keberadaan Allah dimana pun dan kapan pun.





Sebagaimana dalam Al-qur’an surat Al-a’raf :185.

“Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah dan kemungkinan telah dekatnya waktu (kebinasaan) mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka beriman sesudah Al-qur’an?”.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar