Para Ilmuwan Ini Akhirnya Beriman
Agama
yang datang dan menyiarkan akan keberadaan Allah Yang Maha Esa dan Yang Kekal.
Sementara itu, dipihak lain ilmu pengetahuan juga kian berkembang. Dengan
demikian, Agama dan ilmu saling berdampingan. Keduanya sama-sama menegaskan
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan manusia dan alam dengan
sangat bijaksana. Seiring dengan hal itu, sirnalah syubhat (Keragu-raguan)
didalam jwa orang-orang kafir yang mengatakan akan penciptaan itu hanya secara
kebetulan saja, hingga masa ini benar-benar menjadi masa keimanan dengan
sebenar-benarnya iman.
Ilmu
pengetahuan modern telah membuktikan tentang alam yang diciptaka oleh Tuhan
dengan sangat teliti dan bijaksana ini. Tujuan penciptaannya ini menjadi sangat
jelas. Setiap hari, bahkan setiap saat selalu muncul tanda-tanda, betapa
bijaksananya hukum-hukum yang terdapat di ala mini.
Keimanan
para ilmuwan pun muncul secara turun-temurun. Hikmah-hikmah yang didapat
melalui setiap penemuan mereka, kemudian dituangkan ke dalam sebuah buku. Di
antara orang-orang kafir ada yang mengakui bahwa ala mini diciptakan dengan
keseimbangan dan dengan hukum-hukum yang pasti.
Socrates
berkata,”Sesungguhnya setiap elemen dari elemen-elemen ala mini mengarah ke
tujuan tertentu. Hukum itu kemudian berorientasi ke tujuan yang lainnya.
Selanjutnya, tujuan yang lain itu mengarah ke suatu tujuan tertinggi hingga
akhirnya sampai ke tujuan akhir, yaitu zat yang tunggal. Tidak mungkin semua
mata rantai peristiwa itu terjadi secara kebetulan,”.
Adapun
Sphencer yang sama sekali tidak mengakui keberadaan agama juga
mengatakan,”Sesungguhnya kita harus mengakui bahwa peristiwa-peristiwa yang
terjadi itu adalah tanda dari adanya suatu kekuatan mutlak yang lebih tinggi
sekaligus tidak terjangkau oleh akal,”.
Seperti
halnya Socrates. Astronom besar James Janez berkata,”Tidak mungkin
sistem rotasi planet-planet tersebut diciptakan secara kebetulan,”.
Adapun
Abraham Lincoln berkata,” Sesungguhnya saya heran melihat orang yang
naik ke atas langit dan menyaksikan kehebatan ciptaan-ciptaan tersebut, lantas
dia tidak percaya kepada Allah.
Demikian
pula Dr. A. J. Cronin yang memulai hidupnya dengan kekafiran sebelum ia
memutuskan untuk beriman kepada Allah, ia mengatakan,”Jika kita berpikir tentang
alam dan segala bentuk rahasia dan keajaiban, hukum, serta kebesarannya, sudah
sepantasnya kita berpikir tentang Tuhan Sang Pencipta. Lalu, siapakah kiranya
yang naik ke langit dimalam gelap gulita, kemudian dia menyaksikan
binatang-binatang bertebaran di kejauhan tiada habisnya, lantas dia tidak
meyakini bahwa semua benda itu tidak mungkin diciptakan secara kebetulan dan
membabi buta? Sedangkan benda-benda itu berputar secara terus-menerus di
angkasa dengan rotasi dan jarak yan teratur begitu sempurna. Tidak mungkin
semua fenomena itu hanya merupakan benda-benda yang muncul dari matahari, lalu
bertebaran tanpa sebab dan makna sama sekali. Lihat dan telitilah
fenomena-fenomena alam, lalu bacalah apa yang dikatakan oleh kitab-kitab suci.
Perhatikan baik-baik perjalanan hidup ini. Niscaya anda akan menemukan
teka-teki dan rahasia begitu dalam. Dan tidak mungkin fenomena itu muncul dari
ketiadaan. Sebab, tidak ada sesuatu pun yang terjadi dari ketiadaan,”.
Begitu
pula Adnijtun mengatakan dengan nada yang serupa,” Sesungguhnya
dibelakang ala mini terdapat akal yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana. Dialah
roh yang agung. Dialah Allah SWT,”.
Begitu
pula ungkapan Arthur Combitun, salah seorang peraih penghargaan nobel
fisika untuk kategori penemuan atom,”Saya tidak berada di Laboratorium untuk
membuktikan kebenaran hidup setelah mati. Akan tetapi, setiap hari saya
menemukan kekuatan yang membuat saya merasa, bahwa saya harus membungkuk
sebagai 10 penghormatan kepada-Nya,”.
Dr.
Charles Staimptez – seorang ilmuwan besar pernah ditanya mengenai corak
penelitian yang akan menghasilkan penemuan besar, lalu ia menjawab,”Akan
terjadi suatu penemuan besar dari segi metafisis. Akan datang suatu masa
manusia belajar bahwa benda-benda materialistis tidak akan menghasilkan
kebahagiaan. Bahwa sesungguhnya benda-benda itu hanya mengandung sedikit
manfaat untuk meningkatkan kemampuan reproduksi bagi laki-laki dan perempuan.
Pada saat itulah, para ilmuwan akan mengobah orientasi laboratoriumnya dan ulai
meneliti tentang Allah dan manfaat Shalat. Ketika masa itu telah tiba, niscaya
alam akan menyaksikan sebuah kemajuan yang lebih besar dalam satu generasi
dibandingkan kemajuan yang telah dicapai empat generasi sebelumnya,”.
Pernyataan
ilmuwan tersebt di atas tentang keimanan tidak mungkin terbantahkan lagi.
Karena statemen itu telah menjadi bukti ketebalan iman kepada Allah. Sekaligus
sebagai tanda bahwa ia telah mengetahui hakikat keberadaan dan ke-Esaan Allah
melalui ilmu pengetahuan.
Tanda-tanda
keberadaan Allah tidak mungkin terjadi dibawah sebuah keterbatasan. Tidak
mungkin hanya diletakan didalam manuskrip-manuskrip. Akan tetapi, tanda-tanda
itu muncul disetiap jangkauan panca indera kita yang berbeda-beda. Jika melihat
ke bumi dan isinya mulai tumbuh-tumbuhan dan pepohonan, begitu pula yang
terdapat diperut bumi, seperti batu dan mineral, serta air dan sungai yang
keluar dari bumi, dan jika memandang ke langit yang dipenuhi benda-benda
angkasa seperti planet dan bintang, jika mendengar suara gemuruh angin dan
udara, petir dan hujan, begitu pula kita makan dan minum serta jika memikirkan
kapal laut yang berlabuh di lautan dan merenungkan sistem pesawat terbang,
niscayakita akan menemukan tanda-tanda keberadaan Allah dimana pun dan kapan
pun.
Sebagaimana dalam Al-qur’an surat
Al-a’raf :185.
“Apakah mereka
tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan
Allah dan kemungkinan telah dekatnya waktu (kebinasaan) mereka? Maka kepada
berita manakah lagi mereka beriman sesudah Al-qur’an?”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar